Potensi AI Dorong Penjualan

http://seo.or.id/ Potensi AI Dorong Penjualan , Penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) pada sektor bisnis terus dilakukan guna mendorong efisiensi. Diperkirakan sebanyak 87% tenaga pemasar di kawasan Asia Pasifik akan memanfaatkan AI untuk mendorong penjualan.



Kecerdasan buatan merupakan salah satu bidang teknologi yang semakin mendominasi perbincangan dunia saat ini. Dengan kemampuan untuk meniru dan bahkan melampaui kecerdasan manusia dalam beberapa tugas, AI telah membuka pintu ke masa depan yang penuh dengan potensi dan tantangan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Pada dasarnya, teknologi ini merujuk pada kemampuan mesin untuk meniru kecerdasan manusia.

Hal tersebut mencakup berbagai teknik, seperti pembelajaran mesin (machine learning), pengenalan pola (pattern recognition), dan pengolahan bahasa alami (natural language processing) yang memungkinkan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia. Sehingga membuat pekerjaan lebih efisien yang berdampak pada meningkatnya produktivitas.

Amazon Web Services (AWS) yang bekerja sama dengan Access Partnership melakukan penelitian bertajuk Mengakselerasi Keterampilan AI: Menyiapkan Tenaga Kerja Asia-Pasifik untuk Pekerjaan di Masa Depan. Dalam laporan tersebut, sebanyak 92% perusahaan di kawasan Asia Pasifik akan menggunakan solusi maupun tools diberdayakan AI dalam organisasinya pada 2028. Termasuk pula di dalamnya para pekerja untuk meningkatkan produktivitas.

Penelitian ini dilakukan secara daring dan tatap muka yang dilakukan pada Oktober-November 2023 di Australia, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Adapun responden yang terlibat pada penelitian sebanyak 19.560 individu yang berprofesi sebagai karyawan dan 4.664 perusahaan lintas industri. Untuk survei perusahaan, setidaknya 500 responden tingkat nasional disurvei di masing-masing negara.

Tujuannya untuk mendapatkan hasil yang signifikan secara statistik dengan persentase 90% dan tingkat kesalahan atau margin of error sebesar 5%. Sedangkan untuk pekerja, setidaknya 1.600 responden di tingkat nasional terlibat dalam penelitian di sembilan negara. Tujuannya untuk mendapatkan tingkat signifikansi data sebesar 95% dengan margin of error 5%.

Dari hasil penelitian, divisi teknologi informasi (TI) menjadi yang paling banyak menggunakan AI dengan persentase 91%. Kemudian, diikuti oleh operasional bisnis, keuangan, dan riset, masing-masing dengan persentase 89% dan 88%.

Divisi sales dan pemasaran berada di peringkat selanjutnya dengan persentase 87%. Sedangkan divisi legal dan sumber daya manusia (SDM) menjadi yang paling buncit. Persentase keduanya dalam memanfaatkan AI sebesar 82% dan 81%.




Untuk alasan menggunakan AI dalam pekerjaan, hampir seluruhnya bersentimen positif. Persentase terbesar adalah AI mengotomatisasikan pekerjaan sebanyak 64%. Kemudian, sebanyak 60% responden menganggap AI meningkatkan alur kerja dan kinerja. Alasan selanjutnya yakni dengan teknologi ini bisa meningkatkan komunikasi dengan persentase 59%.

Tidak hanya itu, responden juga menilai dengan AI bisa mempelajari kecakapan-kecakapan baru dengan persentase 55%. Sedangkan alasan terakhir yakni mendorong inovasi dan kreativitas sebesar 49%.

Abhineet Kaul, Director at Access Partnership menjelaskan, gelombang AI tengah menghampiri kawasan Asia Pasifik, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini mengubah cara bisnis operasional, termasuk pula cara bekerja. Masyarakat secara keseluruhan akan mendapat manfaat dari peningkatan produktivitas, yang akan berdampak pada peningkatan gaji bagi pekerja terampil.

Di Indonesia, kata Kaul, kecepatan transformasi AI yang terjadi sangat luar biasa. Hampir semua perusahaan atau 99% memperkirakan perusahaan mereka akan menjadi organisasi yang didorong oleh AI pada tahun 2028.

baca juga



    Berdasarkan jenisnya, AI generatif yang dapat menciptakan konten dan gagasan baru dengan cepat, termasuk percakapan, cerita, gambar, video, musik, dan lainnya yang paling banyak digunakan. Tercatat, sebanyak 98% dari perusahaan dan pekerja yang disurvei memperkirakan akan menggunakan tools AI generatif dalam pekerjaannya selama lima tahun ke depan.

    “Terus bergulirnya inovasi yang didorong oleh AI, menciptakan kebutuhan bagi pengusaha maupun pemerintah untuk membina tenaga kerja yang mampu mengarahkan perkembangan AI saat ini dan pada masa depan,” katanya.

    Kaul menyebut, AI generative menawarkan peluang yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk mentransformasi bisnis. Sehingga AI merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting bagi tenaga kerja masa depan. Dari sisi penggunaannya, AI jenis ini telah diadopsi industri keuangan, konstruksi, hingga ritel dengan sangat cepat.

    “Itulah sebabnya mengapa tenaga kerja yang berkecakapan AI sangat penting untuk menciptakan budaya inovasi dan meningkatkan produktivitas di Indonesia,” kata dia.

    Sementara itu, Emmanuel Pillai, Head of Training and Certification ASEAN AWS menambahkan, di Indonesia kekurangan dari adopsi AI adalah adanya kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja yang mumpuni. Dia menyebut, sebanyak 96% pengusaha memprioritaskan pencarian pekerja yang terampil menggunakan teknologi ini. Namun, 69% di antaranya tidak dapat menemukan talenta AI yang mereka butuhkan.

    Penelitian ini juga mengungkap adanya kesenjangan kesadaran pelatihan. Tercatat, sebanyak 67% dari pengusaha mengindikasikan bahwa mereka tidak tahu cara menjalankan program pelatihan AI untuk tenaga kerjanya. Sementara itu, 54% pekerja mengaku kekurangan pengetahuan tentang program pelatihan AI yang tersedia.

    Hasil riset menyoroti diperlukannya porsi kerja sama yang lebih besar antara pemerintah, industri, dan tenaga pendidik untuk membantu pengusaha di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk menerapkan program pelatihan AI dan membimbing pekerja dalam mencocokkan keterampilan AI yang mereka miliki dengan posisi yang tepat guna memaksimalkan kemampuan barunya.

    “Saat bisnis terus memanfaatkan kekuatan AI untuk merevolusi tempat kerja dan teknologi semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari kita, pemerintah memiliki kesempatan untuk mengarahkan kemajuan melalui kebijakan yang cerdas dan progresif yang berdampak positif pada peran yang akan dimainkan AI dalam membentuk masa depan bersama,” kata Emmanuel.

    Inovasi berbasis AI menciptakan kebutuhan bagi pengusaha maupun pemerintah untuk membina tenaga kerja yang kuat literasinya.
    Abhineet Kaul, Director at Access Partnership

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top